Beranda | Artikel
Mengenal Kitab Al-Arbain An-Nawawiyah
Sabtu, 24 September 2022

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan keutamaan bagi mereka yang belajar hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

‌نَضَّرَ ‌اللَّهُ ‌امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا، فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ

Semoga Allah mencerahkan wajah orang yang mendengar hadis dariku, kemudian ia menghapalnya sampai mengajarkannya. Betapa banyak orang yang memiliki ilmu menyampaikan kepada orang yang lebih paham darinya. Dan betapa banyak orang yang memiliki ilmu, namun tidak benar-benar paham apa yang ia ilmui.” (HR Abu Dawud no. 3660 dan disahihkan oleh Syekh Al-Albani rahimahullahu)

Hampir setiap penuntut ilmu mengenal kitab Al-Arba’un An-Nawawiyah karya Imam An-Nawawi rahimahullah dengan baik. Bahkan, banyak ulama menjadikannya sebagai pondasi keilmuan dalam tahapan keilmuan. Syekh Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr hafidzahullah mengatakan,

وأوَّلُ كتاب ينقدح في الأذهان يُرشَد المبتدئون في الحديث إليه هذه الأربعون للإمام النووي رحمه الله

Kitab yang pertama kali hendaknya seorang pemula dalam ilmu hadis dalam belajar adalah kitab Al-Arba’un yang disusun oleh Imam An-Nawawi rahimahullah.” (Fath Al-Qawiyy Al-Matiin, hal. 6)

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui seluk beluk kitab yang meski ringkas, namun penuh akan faedah ini.

Judul kitab

Diriwayatkan bahwa judul asli dari kitab ini adalah Al-Arba’una fii Mabaani Al-Islam wa Qawaaid Al-Ahkaam atau lebih dikenal dengan nama Al-Arba’un. Hal ini dikarenakan kitab tersebut berisi 42 hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian dinisbatkan kepada An-Nawawi rahimahullah di akhir judulnya.

Baca Juga: Derajat Hadits Nabi Mencium Istrinya Lalu Tidak Wudhu Lagi

Siapa penulisnya?

Kitab ini ditulis oleh seorang ulama besar dari kalangan mazhab Syafi’i, yaitu Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Murri bin Hasan bin Husain bin Muhammad Jum’ah bin Hizam An-Nawawi. Seorang ulama yang alim nan zuhud. Menghabiskan umurnya untuk berjihad di jalan ilmu.

Beliau lahir dan tumbuh hingga usia 18 tahun di desa Nawa yang terletak di dataran Hauran, Suriah bagian selatan. Tidak sebagaimana anak-anak seumurannya, An-Nawawi rahimahullah lebih suka menyendiri untuk menghafalkan Al-Qur’an hingga menjelang balig. Beliau mengambil ilmu dari banyak ulama seperti Jamaluddin bin Abdul Kafiy Ad-Dimasyq, Al-Fazari, Abul Hasan Sallar bin Al-Hasan, Abu Ishaq Ibrahim bin Umar Al-Wasithy, dan selain mereka.

Banyak karya lahir dari tangan beliau di hampir setiap cabang ilmu. Seperti Syarh Shahih Muslim, Riyadhus Shalihin, Raudhatuth Thalibin, Al-Adzkar, Al-Arba’un, dan lain-lain. Namun, ada pula karya yang belum sempat beliau sempurnakan, misalnya Al-Majmu’, Tahdzib Al-Asma’ wal Lughat, Al-Khulashah fii Ahaditsil Ahkam, dan lain-lain.

Beliau meninggal pada malam Rabu, di sepertiga malam terakhir, tanggal 24 Rajab 673 H. Saat itu beliau berumur kurang lebih 46 tahun. Semoga Allah Ta’ala merahmatinya dengan rahmat-Nya yang teramat luas.

Kunggulan kitab Arba’un Nawawiyah

Di antara keunggulan kitab Al-Arba’un yang disusun oleh oleh Imam An-Nawawi rahimahullah adalah:

Pertama: Kitab ini berisi hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ringkas, tapi sarat makna. Hal ini merupakan keistimewaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang disebutkan dalam salah satu sabda beliau,

بُعِثْتُ بجَوامِعِ الكَلِمِ

Aku diutus dengan jawami’ al-kalim.” (HR. Bukhari no. 2977 dan Muslim no. 523)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud dari jawaami’ al-kalim adalah,

قليل اللفظ كثير المعاني

Lafaznya ringkas, tapi maknanya luas.” (Syarh Shahih Muslim, 5: 5)

Kedua: Hadis-hadis yang ditulis di dalam kitab Al-Arba’un An-Nawawiyah bisa menjadi kaidah umum yang menjadi dasar bagi banyak hukum syar’i. Bahkan, beberapa hadis di dalamnya disebutkan oleh para ulama sebagai referensi utama untuk mengetahui intisari ajaran Islam. Misalnya, hadis tentang niat. Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah mengatakan,

وهذا الحديث أحد الأحاديث التي يدور الدين عليها

Hadis ini adalah salah satu hadis yang mengandung seluruh intisari ajaran Islam.” (Jaami’ Al-Uluum wal Hikam, hal. 61)

Ketiga: Mayoritas hadis di dalam kitab Arba’in Nawawi disepakati kesahihannya oleh para ulama. Hanya sebagian kecil yang para ulama berbeda pendapat tentangnya. Imam An-Nawawi rahimahullahu mengungkapkan,

وألتزم في هذه الأربعين أن تكون صحيحة ، ومعظمها في صحيح البخاري ومسلم

Aku berupaya menyusun hadis-hadis sahih saja di dalam kitab ini. Dan mayoritasnya memang termaktub di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.” (Muqaddimah Al-Arba’un An-Nawawiyah, hal. 40)

Keempat: Imam An-Nawawi rahimahullah tidak hanya menyusun dengan satu tema saja, melainkan banyak tema pokok ajaran Islam. Sebagaimana beliau ungkapkan,

وهي أربعون حديثا مشتملة على جميع ذلك، وكل حديث منها قاعدة عظيمة من قواعد الدين قد وصفه العلماء بأن مدار الإسلام عليه، أو هو نصف الإسلام أو ثلثه أو نحو ذلك

Dan ia adalah empat puluh hadis yang mencakup seluruh hal itu. Dan setiap hadis di antaranya merupakan kaedah agung dari kaedah-kaedah agama yang disifati oleh ulama sebagai intisari agama Islam, atau setengahnya, atau sepertiganya, atau yang semisalnya.” (Muqaddimah Al-Arba’un An-Nawawiyah, hal. 40)

Baca Juga: Penjelasan Hadits “Kemuliaan Bagi Penduduk Dunia adalah Harta”

Metode penyusunan kitab Arba’in Nawawi

Setiap kitab tentu memiliki metode penyusunan tersendiri, termasuk kitab Al-Arba’un yang ditulis oleh Imam An-Nawawi. Beliau menyusun kitabnya dengan metode:

Pertama: Beliau menyusunnya dengan urutan nomor, bukan berdasarkan bab fikih sebagaimana lumrah diketahui dari karya ulama klasik.

Kedua: Hadis-hadis yang tercantum di dalam kitab Al-Arbaun tidak disebutkan sanadnya, kecuali sebatas sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut. Hal ini dalam rangka memudahkan para pembelajar untuk mengkajinya. Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkannya sendiri di pembukaan kitab Al-Arba’un An-Nawawiyah,

وأذكرها محذوفة الأسانيد، ليسهل حفظها، ويعم الانتفاع بها إن شاء الله تعالى

Aku menyebutkan (hadis)nya dengan tanpa sanad. Supaya mudah dihafal dan lebih bermanfaat untuk umum insyaAllah.” (Muqaddimah Al-Arba’un An-Nawawiyah, hal. 45)

Ketiga: Imam An-Nawawi rahimahullah membagi kitabnya ke dalam dua bagian: mukadimah dan isi kitab. Di dalam mukadimah beliau menyebutkan alasan penyusunan kitab Al-Arba’un, metodologi penyusunan, dan kandungan kitab secara umum.

Keempat: Beliau menyebutkan hadis kemudian perawinya dari para penyusun kitab induk hadis.

Kelima: Terkadang disebutkan begitu saja. Misal setelah menyebutkan hadis yang ketiga beliau mengatakan,

رواه البخاري ومسلم

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.”

Keenam: Jika hadis tersebut diriwayatkan di dalam beberapa kitab induk dan terdapat perbedaan redaksi, beliau menyebutkannya secara langsung. Sebagaimana di dalam hadis ke-5 dan ke-6,

وفي رواية لمسلم

Dalam redaksi Muslim.”

Ketujuh: Terkadang beliau menyebutkan status hadis sahih dan tidaknya menurut perawi. Sebagaimana ketika menyebutkan hadis ke-19 beliau sekaligus menyebutkan pendapat Imam At-Tirmidzi selaku perawi,

رواه الترمذي، وقال: حديث حسن

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan beliau mengatakan, ‘Hadis ini hasan.’”

Kedelapan: Dalam sedikit kesempatan beliau juga mengungkapkan seandainya hadis tersebut diriwayatkan dengan banyak riwayat dan beragam redaksi, maka beliau menyebutkan redaksi yang beliau kutip dalam rangka menepis keraguan. Sebagaimana di dalam hadis ke-36 beliau mengatakan,

رواه مسلم بهذا اللفظ

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dengan redaksi di atas.”

Kitab-kitab yang ditulis untuk mengupas kandungan Al-Arba’un An-Nawawiyah

Kitab-kitab yang mengurai kandungan kitab Arba’in Nawawi sangat banyak jumlahnya. Di antara kitab-kitab tersebut adalah:

Pertama: Syarh Al-Arbain An-Nawawiyah karya Abdurrauf Al-Minawi.

Kedua: Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.

Ketiga: Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah karya Syekh Abdul Karim Al-Khudhair.

Keempat: Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah karya Syekh Athiyyah Salim.

Kelima: Al-Fath Al-Mubiin bi Syarh Al-Arba’in karya Ibnu Hajar Al-Haitami.

Keenam: Fath Al-Qawiyy Al-Matiin fii Syarh Al-Arba’in karya Syekh Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr.

Ketujuh: At-Tuhfah Ar-Rabbaniyyah fi Syarh Al-Arba’in Haditsan An-Nawawiyah karya Ismail Al-Anshary.

Kedelapan: Sabiilul Muhtadiin ilaa Syarh Al-Arbaiin An-Nawawiyah karya Khaldun Naghawi.

Dan masih banyak lagi yang lain.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kita taufik untuk mempelajarinya. aamiin

Baca Juga:

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.


Artikel asli: https://muslim.or.id/78777-mengenal-kitab-al-arbain-an-nawawiyah.html